Water Rescue Management

Water resque management kali ini yang dilaksanakan oleh PBMTI Jawa Tengah yang dilaksanakan pada tanggal 25-27 Agustus 2022 di sungai elo magelang bertujuan untuk meregenerasi para relawan yang sudah senior dengan cara sharing cara cara dan kiat supaya kita siap meneruskan perjuangan menjadi relawan yang akan menjadi tulang punggung relawan PBMTI jawa tengah di masa yang akan datang.

Acara dimulai pada hari jumat siang dengan pengenalan materi tentang kebencanaan, mitigasi bencana, assesment, respon cepat. Pada malam hari ada pemateri dari profesional yang memperdalam materi yang sudah diberikan pada siang hari dan juga beberapa materi baru. Materi yang diberikan masih difokuskan tentang apa yang harus dilakukan ketika bencana datang dari respon cepat, assesment , dan juga apa yang harus dilakukan setelah becana. Kegiatan setelah bencana adalah bagaimana caranya agar kita bisa mengedukasi masyarakat yang tinggal di daerah bencana tersebut supaya bisa mengurangi kerugian yang dialami oleh korban.
Acara pada hari kedua dimulai dari pagi hari, setelah sarapan kita mendapat materi tentang water training resque yang lebih spesifik seperti pengenalan alat alat yang dibutuhkan seperti perahu, pelampung, helm dan juga tali lempar. Kemudian setelah pengenalan alat selesai kita langsung praktek di sungai elo. Mulai dari cara mengendalikan perahu, mengangkat korban dari air ke atas perahu, cara melempar tali kepada korban dan cara membolak balikan perahu di dalam air. Diharapkan dengan dasar materi yang sudah dibagi oleh para senior dan profesional dapat bermanfaat ketika terjadi bencana di lingkungan sekitar.

Mitigasi bencana
Mitigasi bencana didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.
Tujuan utama dari mitigasi bencana adalah

  1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya korban jiwa, kerugian ekonomi kerusakan sumber daya alam
  2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan
  3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana
    Empat hal penting dalam Mitigasi bencana:
  4. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana
  5. Sosialisasi pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana
  6. Mengetahui apa yang dilakukan jika bencana timbul
  7. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana
    Jenis Mitigasi Bencana
  8. Mitigasi struktural
    Merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami juga merupakan upaya untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana.
  9. Mitigasi non struktural
    Merupakan upaya mengurangi dampak bencana, bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan, pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat.
    Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi, lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan merusak.
    Prinsip prinsip mitigasi bencana
  10. Bencana yang terjadi menjadi pelajaran bagi mitigasi bencana berikutnya
  11. Mitigasi membutuhkan kerja sama berbagai pihak
  12. Mitigasi dijalankan dengan aktif
  13. Mendahulukan kemlopok rentan, untuk menghindari korban jatuh lebih banyak
  14. Mitigasi harus terus dipantau & dievaluassi, agar hasilnya efektif
    Strategi Mitigasi Bencana
  15. Pemetaan
  16. Pemantauan
  17. Penyebaran info
  18. Sosialisasi & penyuluhan
  19. Pelatihan & pendidikan
  20. Peringatan dini
    Management Mitigasi Bencana
  21. Penguatan institusi penanganan bencana
  22. Meningatkan kemampuan tanggap darurat
  23. Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat pada masalah-masalah yang berhubungan dengan risiko bencana
  24. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada sistem infrastruktur dan utilitas
  25. Meningkatkan keamanan tehadap bencana pada bangunan strategis dan penting
  26. Meningkatkan keamanan terhadap bencana daerah perumahan dan fasilitas umum
  27. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan industri
  28. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan sekolah dan anak-anak sekolah
  29. Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan kaidah-kaidah bangunan tahan gempa dan tsunami serta banjir dalam proses pembuatan konstruksi baru
  30. Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai fenomena bencana, kerentanan terhadap bencana dan teknik-teknik mitigasi
  31. Memasukkan prosedur kajian risiko bencana kedalam perencanaan tata ruang/ tata guna lahan
  32. Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat dalam jangka panjang setelah terjadi bencana

Asesmen
Dasar asesmen
Asesmen merupakan elemen penting dalam penyusunan perencanaan program yang berkaitan dengan pengembangan program Kesiapsiagaan Bencana dan Tanggap Darurat Bencana. Asesmen akan memberikan informasi-informasi dasar dari sebuah keputusan yang akan diambil. Kadang kala, informasi yang baik belum tentu menghasilkan program yang baik. apalagi jika informasi yang tersedia sangat terbatas, hampir dipastikan hal tersebut menghasilkan program yang tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Asesmen adalah langkah-langkah strategis pertama yang harus dilakukan sebelum mendesain sebuah program.
Pengertian asesmen
Asesmen adalah identifikasi atas sebuah analisis dari situasi tertentu yang menjadi landasan bagi sebuah proyek, program, atau kegiatan.
Tujuan asesmen

  1. Mengidentifikasi dampak suatu bencana
  2. Mengumpulkan informasi dasar
  3. mengidentifikasi kelompok yang paling rentan di antara para korban
  4. Melakukan upaya mengobservasi situasi sekarang (apa yang berubah, dinamika situasi di lapangan)
  5. Mengidentifikasi kemampuan respons pemerintah/LSM/ organisasi keagamaan/PMI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.