Haji Fondasi Membangun Bangsa

Musim haji telah tiba. Para calon tamu Allah mulai diberangkatkan menuju Tanah Suci.

Setiap tahun jutaan kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci Makkah untuk mengikuti rangkaian pelaksanaan ibadah haji.

Peristiwa itu menjadi momentum untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari pelaksanaan ibadah haji serta kisah perjuangan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya berkaitan dalam upaya membangun bangsa.

Setidaknya, ada lima fondasi utama dalam upaya membangun bangsa menuju bangsa yang bermartabat dan baldatun thayyibatun warabbun ghafur.

Pertama, fondasi akidah. Nabi Ibrahim AS adalah seorang khalilullah(kekasih Allah) yang memiliki akidah terpatri kuat dalam jiwanya. Hal ini dibuktikan dengan kokohnya tauhid meski dibakar di atas bara api dan kepatuhannya atas perintah Allah untuk berkhitan di usia dewasa. Lalu, kerelaannya untuk menyembelih putranya yang sangat dikasihi dan kerelaanya berlepas diri dari siapa pun dari kemusyrikan, termasuk orang tuanya yang tidak mau bertauhid. Dalam hal ini, Allah SWT menegaskan dalam QS al-Mumtahanah [60] ayat 4.

Kedua, fondasi akhlakul karimah. Pelaksanaan ibadah haji adalah momen ibadah yang suci. Setiap umat Islam yang diberikan kemuliaan untuk memenuhi panggilan Allah ke rumah-Nya harus menjaga perilaku dan etika antarsesama jamaah haji.

Hal ini ditegaskan dalam QS al-Baqarah [2] ayat 197.

Ketiga, fondasi ilmu pengetahuan. Barang siapa yang mengharapkan kebahagian dunia dan akhirat harus memiliki ilmu dan pengetahuan. Tingginya ilmu pengetahuan seseorang bukan karena gelarnya, tetapi besarnya manfaat ilmu yang dimilikinya untuk kemaslahatan umat.

Nabi SAW bersabda, Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan, dan ilmu.

Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda. (HR ad-Dailami).

Keempat, fondasi ukhuwah dan kebersamaan.

Pelaksanaan ibadah haji adalah gambaran persatuan umat Islam seluruh dunia. Jamaah haji saling mengenal, bertegur sapa, mendoakan tanpa membedakan ras, suku bangsa, pangkat, dan derajat.

Jika semangat ukhuwah ini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, niscaya menjadikan umat Islam berwibawa. Hal ini ditegaskan dalam QS al- Hujurat [49] ayat 10.

Kelima, fondasi ekonomi keumatan. Ketika Nabi Ibrahim AS meninggalkan Ismail dan ibunya, seraya mengangkat tangan berdoa kepada Allah supaya mereka diberikan kemudahan rezeki yang baik dan halal. Hal ini ditegaskan dalam QS Ibrahim [14] ayat 37.

Jika fondasi tersebut dapat diejawantahkan dalam upaya membangun bangsa maka diyakini dapat mengantarkan kepada baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Wallahu a’lam.

Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.